LATIHAN SOAL Tugas Tutorial EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
LATIHAN SOAL Tugas Tutorial
Nama Mata kuliah : (Evaluasi Pembelajaran di SD)
Pokok Bahasan : Mengumpulkan dan mengolah informasi hasil belajar Pendekatan dalam pemberian Nilai Validitas dan reliabilitas hasil pengukuran Analisis dan perbaikan instrumen
SOAL
1. Untuk mengukur tingkat keberhasilan belajar peserta
didik selama ini kita menggunakan tes (assesmen tradisonal) sehingga proses
pembelajaran tidak diperhatikan, maka sekarang memanfaatkan assesmen
alternatif. Jelaskan perbedaan yang mendasar asesmen tradisional dengan
assesmen alternatif!
Jawab :
Perbedaan yang mendasar antara asesmen tradisional dengan asesmen
alternatif diantaranya adalah:
- Asesmen tradisional
adalah sebuah penilaian yang mana dilakukan tes secara umum untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam memberikan suatu jawaban yang benar namun
belum tes berhubungan dengan realitas kehidupan. Sedangkan asesmen
alternatif adalah sebuah penilaian yang mana lebih tertuju kepada
kualitas dan unjuk kerja siswa seperti tes kerja di lapangan yang belum
tentu berhubungan dengan tes jawaban namun pasti berhubungan dengan
realitas kehidupan.
- Asesmen tradisional itu secara umum lebih terfokus dalam tes
soal-soal pembelajaran yang pernah dilalui sedangkan asesmen alternatif
lebih terfokus pada tes kerja nyata.
- Asesmen tradisional tes terpisah dari pembelajaran siswa sedangkan
asessmen alternatif ada integrasi antara pengetahuan dengan kinerja atau
produk yang dihasilkan.
- Asesmen tradisional dapat diskor dengan reliabilitas tinggi
sedangkan asesmen alternatif sulit diskor dengan reliabilitas tinggi
- Asesmen tradisional hasil
tes diberikan dalam bentuk skor, asesmen alternatif hasil asesmen
diberikan dengan bukti kinerja.
2. Seperti halnya alat ukur yang lain, asesmen
alaternatif juga memiliki keunggulan dan kelemahan, jelaskan keunggulan dan
kelemahan tersebut!
Jawab :
Keunggulan asesmen alternatif sebagai berikut :
- Dapat menilai hasil
belajar yang kompleks dan ketrampilan-ketrampilan yang tidak dapat dinilai
dengan asesmen tradisional. Contohnya : jika anda ingin menguku rkinerja
kerja siswa dalam membuat karangan maka banyak aspek yang dapat diukur
dari tugas dari tugas karangan tersebut. Misalnya kemampuan dalam siswa
dalam membuat paragraph yang baik, pemilihan kosa kata yang tepat,
kemampuan siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk tulisan, kemampuan
merangkai kata dan kalimat,dan kemampuan berimajinasi.
- Menyajikan hasil penilaian yang lebih
hakiki, langsung, dan lengkap dengan melakukan asesmen anda akan dapat
menilai hasil belajar anak secara lengkap, tidak hanya hasil belajar dalam
ranah kognitif tetapi juga ranah afektif dan psikomotor.
- Meningkatkan motivasi
siswa.
- Mendorong
pembelajaran dalam situasi yang nyata.Asesmen Alternatif menekankan kepada
apa yang dapat ditunjukan atau dikerjakan oleh siswa bukan apa yang
diketahui siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa untuk
selfvaluation.
- Membantu guru untuk menilai efektifitas
pembelajaran yang telah dilakukan.
- Meningkatkan daya transferabilitas hasil
belajar.
Kelemahan
Asesmen alternatif :
1.
Membutuhkan banyak waktu. Guru membuat perencanaan, perencanaan
didiskusikan dengan siswa lalu dibuat
kesepakatan, menjalankan perencanaan sedangkan guru memonitor dan
memberikan umpan balik. Berdasarkan masukan guru siswa memperbaiki tugas sampai
hasil karyanya baik hal ini yang membutuhkan banyak waktu.
2.
Adanya unsur subjektifitas dalam penskoran. Dilakukan dengan
menggunakan pedoman penskoran (rubic). Yang harus diupayakan adalah bagaimana
dapat meninimalkan unsur subjektifitas tersebut
3.
Ketetapan penskoran rendah. Rendahnya ketetapan pensekoran ini disebabkan
karena guru tidak memberi skor yang sama untuk hasil karya beberapa siswa yang
mempunyai kualitas sama.
4.
Tidak tepat untuk kelas besar. Frekuensi penilaian secara individu
jauh lebih beasar daripada penilaian secara kelompok. Tidak cocok bila dipakai
pada kelas yang jumlahnya lebih dari 20 paling banyak digunakan pada kelas yang
paling banyak 15 siswa.
3. Menurut struktur bentuk utama dari asesmen kinerja
terdiri dari dua komponen, yaitu tugas (task) dan kriteria penskoran (rubric),
hal apa saja yang perlu diperhatikan saat Anda menyusun kedua komponen
tersebut, jelaskan!
Jawab :
Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun tugas (task) adalah :
1. Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang
akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2. Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat
menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir dan keterampilan. Setiap tugas
hendaknya memiliki kedalaman dan keluasan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
3. Menetapkan kriteria keberhasilan.
Setelah tugas disusun dengan baik maka tugas guru selanjutnya
adalah menetapkan kriteria keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan
untuk menilai kinerja siswa. Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya cukup
rinci sehingga dapat menilai setiap kinerja yang diharapkan. Kriteria tersebut
diperlukan agar guru dapat memberikan penilaian yang objektif. Sebelum tugas
dan rubik digunakan, kita perlu menilaitugas dan rumik yang telah kita buat.
Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun kriteria penskoran (rubric). Rubik sendiri dibedakan menjadi dua yaitu :
holistic rubic dan analytic rubic. Holistic rubic merupakan rubik yang dimensi
atau aspek yang akan dinilai serta diskripsinya dibuat secara umum. Kerena
sifatnya yang seperti itu, holistic rubic dapat digunakan untuk menilai
berbagai jeni kinerja. Sedangkan analitic rubic merupakan rubic yang dimensi
atau aspek kinerjanya serta diskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci.
Karena sifatnya yang seperti itu, analytic rubic hanya dapat digunakan untuk
menilai kinerja tertentu.
4. Seorang
peserta didik melakukan praktikum dan diperoleh hasil pengamatan sebagai
beikut:
|
No. Indikator |
Skor |
||||
|
1 |
Cara menyusun
mikroskop |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
2 |
Cara memutar
power mikroskop |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
3 |
Cara mencari
cahaya |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
4 |
Cara meletakkan
preparat |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
5 |
Cara mencari
titik fokus |
4 |
3 |
2 |
1 |
|
6 |
Cara melihat
objek |
4 |
3 |
2 |
1 |
Berdasarkan
tabel di atas, tentukan prosentase keberhasilan peserta didik!
Jawab
:
Skor
4 untuk jawaban baik dan benar
Skor
3 untuk jawaban sedikit kesalahan
Skor
2 untuk jawaban setengah benar
Skor
1 untuk jawaban banyak kesalahan
Pengolahan
skornya dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Hitung
jumlah skor makimal dan minimal yang mungkin diperoleh siswa untuk semua
indicator
2. Jumlahkan
skor yang diperoleh untuk semua indicator untuk setiap siswa
3. Bandingkan
skor total yang diperoleh dengan standar yang telah ditetapkan atau
4. Untuk
menentukan kecenderungan sikap seseorang dapat dilakukan dengan cara membandingkan
skor yang diperoleh siswa dengan standar yang telah ditentukan. jika menghitung
presentase keberhasilan siswa, dapat juga dilakukan dengan membagi skor yang
diperoleh dibagi dengan skor maksimal kali 100 %.
Dari
table diatas dapat dihitung skor minimal yang akan diperoleh siswa yaitu 6 dan
skor maksimalnya 24. Dalam table diatas diperoleh skor 18 maka presentase
keterampilan dalam menggunakan mikroskop adalah.
Selanjutnya
tinggal membandingkan skor atau presentase yang diperoleh siswa dengan standar
keterampilan yang ditentukan.
5.
Pendekatan dalam penilaian meliputi dua macam yaitu: Penilaian Acuan Kriteria
(PAK) dan Penialain Acuan Norma (PAN),
a.
Apa perbedaan PAN dengan PAK, jelaskan!
b.
Manakah yang lebih tepat digunakan untuk penilaian berbasis kompetensi,
jelaskan alasan sauadra!
Jawab
:
a.Perbedaan
antara PAN dengan PAK:
1.
Penilaian acuan
norma biasanya mengukur sejumlah besar perilaku khusus dengan sedikit butir tes
untuk setiap perilaku. Penilaian acuan patokan biasanya mengukur perilaku
khusus dalam jumlah yang terbatas dengan banyak butir tes untuk setiap
perilaku.
- Penilaian
acuan norma menekankan perbedaan di antara peserta tes dari segi tingkat
pencapaian belajar secara relatif. Penilaian acuan patokan menekankan
penjelasan tentang apa perilaku yang dapat dan yang tidak dapat dilakukan
oleh setiap peserta tes.
- Penilaian
acuan norma lebih mementingkan butir-butir tes yang mempunyai tingkat
kesulitan sedang dan biasanya membuang tes yang terlalu mudah dan terlalu
sulit. Penilaian acuan patokan mementingkan butir-butir tes yang relevan
dengan perilaku yang akan diukur tanpa perduli dengan tingkat
kesulitannya.
- Penilaian
acuan norma digunakan terutama untuk survey. Penilaian acuan patokan
digunakan terutama untuk penguasaan.
b.Manakah yang lebih tepat digunakan untuk penilaian
berbasis kompetensi,
Pengujian Berbasis Kompetensi Penilaian hasil
pembelajaran merupakan bagian dari pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan
Kuriulum Berbasis Kompetensi (KBK) mulai dilaksanakan di sekolah Indonesia pada
tahun 2004. Seringnya terjadi perubahan kuriulum pada hakikatnya merupakan
reaksi pemerintah akibat terjadinya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang demikian cepat. Sehingga perjadi pergeseran kebutuhan dan
tuntutan dimasyarakat terhadap dunia pendidikan. Dalam KBK tegas disebutkan
penilaian mengacu kepada penilaian acuan kriteria (Patokan). Artinya, sebelum
melakukan pembelajaran, wajib ditetapkan standar nilai yang menjadi patokan
dalam penentuan kelulusan. Patokan penilaian ini dianalisis per KD. Model
analisisnya dikenal dengan istilah Analisis KKM (kriteria Ketuntasan Minimal)
dahulu disebut Analisis SKBM.
Standar Kompetensi Lulusan mengarahkan semua kegiatan
pendidikan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Kompetensi dapat
dimaknai sebagai kualifikasi siap, pengetahuan, dan ketrampilan yang harus
dikuasai. Istilah kualifikasi menunjukan adanya tuntutan kualitas tertentu yang
harus terpenuhi sehingga dapat untuk membedakan orang yang memiliki dengan yang
tidak memiliki kompetensi yang dimaksud. Kompetensi, dengan demikian dapat
dimaknai sebagai kemampuan bersikap, berfikir dan berbuat sesuai dengan
tantangan atau kondisi yang dihadapi. Kompetensi dirumuskan secara bertingkat
sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) Standar
kompetensi Lulusan (SKL). SKL merupakan kualifikasi kemampuan yang dibakukan
atau ditargetkan yang dapat dilakuan atau ditampilan oleh lulusan suatu jenjang
pendidian yang meliputi ranah kognitif,afektif, dan psikomotorik (Depdiknas
2006).
a. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan
menengah umum bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut.
c. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan
menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlaq mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lanjut sesuai dengan kejuruannya.
d. Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan
tinggi bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang berakhlaq mulia, memiliki pengetahuan, ketrampilan, kemandiri dan sikap
untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni yang
bermanfaat bagi kemanusiaan.
Penerapan pendidikan berbasis kompetensi bertitik tolak
dari kompetensi-kompetensi mata pelajaran yang harus dimiliki oleh peserta
didik. Berbagai kompetensi yang dimaksud dikembangkan mulai dari penentuan standar
kompetensi, kemampuan dasar, pengembangan silabus, dan sistem pengujian yang
berbasis kemampuna dasar. Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan
melaksanakan program pembelajaran, sedang pengujian berbasis kemampuan dasar
adalah sistem pengujian yang digunakan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata
pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja
operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan
indikator perlu mempertimbangkan:
(1) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata
kerja yang digunakan dalam KD;
(2) karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan
sekolah; dan
(3) potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan
lingkungan/ daerah.
Indikator merupakan penjabaran langsung dari suatu
kemampuan dasar, dan satu kemampuan dasar dapat dikembangkan menjadi sejumlah
indikator tergantung kebutuhan. Rumusan indikator harus mencerminkan, menjiwai,
mengkonkretkan tuntutan capaian kompetensi sebagaimana yang dirumuskan dalam
kemampuan dasar. Indikator adalah karakteristik, ciri, perbuatan, atau
tanggapan yang ditujukan oleh peserta didik berkait dengan kemampuan dasar.
Indikator dikembangkan dengan menganut prinsip sesuai kepentingan (urgensi),
kesinambungan (kontinuitas), kesesuaian (relevansi), dan kontekstual. Indikator
yang dijabarkan dari kemampuan dasar dipakai sebagai dasar pengembangan
butir-butir soal. Ada hubungan langsung antara indikator dan butir-butir soal.
Indikator menunjukkan tingkah laku kemampuan yang secara konkret harus dikuasai
peserta didik, sedangkan butir-butir soal ujian merupakan alat ukur
keberhasilan belajar. Oleh karena itu butir-butir soal yang dikembangkan
haruslah sesuai dengan indikator.
Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan
indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian
memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen
penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya
atau produk, termasuk penilaian diri. Sistem ujian berbasis kompetensi yang
direncanakan adalah sistem ujian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti
semua komponen indikator dibuat soal, hasilnya dianalisis untuk menetukan
kompetensi yang telah dimiliki dan yang belum serta kesulitan peserta didik.
Untuk itu digunakan berbagai bentuk tes, yaitu pertanyaan lisan di kelas, kuis,
ulangan harian, tugas rumah, ulangan semester. Hasil ujian dianalisis untuk
menentukan tindakan perbaikan, berupa program remedi. Pendidikan berbasis
kompetensi yang menekankan pada pencapaian kemampuan dasar, menggunakan
berbagai teknik ujian dalam usaha untuk mengetahui tingkat pencapaian kemampuan
dasar dan menentukan program perbaikan. Oleh karena itu dalam sistem ujian
berkelanjutan, guru harus membuat kisi-kisi ujian secara menyeluruh untuk satu
semester dengan memilih teknik ujian yang tepat.
Penilaian proses adalah penilaian yang dilakukan sepanjang dan bersamaan dengan
proses pembelajaran lewat berbagai macam cara. Penilaian proses merupaan bagian
dari penilaian kelas. Penilaian kelas dapat dimaknakan sebagai penilaian yang
dilakukan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung untuk memperoleh informasi
tentang peserta didik, merencanakan dan memonitor proses pembelajaran,
menciptakan suasana kelas yang bergairah dan meningkatkan tingat capaian
peserta didik terhadap tujuan yang telah ditetapkan meliputi standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator capaian belajar.
Penilaian proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian
proses merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat
efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan
pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru-siswa dan keterlaksanaan
proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil
belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka pendek. Sedangkan untuk
mengukur hasil belajar dilakukan ulangan harian, tengah semester, dan akhir
semester.
Sebagai sebuah alat ukur capaian pembelajaran, alat evaluasi (tes) harus
memiliki kadar validitas yang baik agar informasi peserta didik yang diperoleh
dari pelaksanaan pengukuran dapat dipertanggungjawabkan. Dalam proses penilaian
acuan kriteria (PAK), untuk menentukan kelulusan seseorang ditentukan sejumlah
kriteria. Bilamana seseorang telah memenuhi kriteria tersebut, ia dinyatakan
lulus atau telah menguasai bahan tersebut. Kriteria dalam proses pembelajaran
selalu mengacu pada tujuan isntruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
Keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran (kelulusan) ditentukan oleh
tingkat kenguasaan tujuan instruksional.
Komentar
Posting Komentar